Pembelajaran Mendalam

Beberapa pekan yang lalu saya menemui kepala sekolah SD tempat anak sekolah. Dalam pertemuan itu kami membahas mengenai peran Komite dan Korlas, khususnya sebagai jembatan antara wali murid dan sekolah. Selain itu kami juga mendiskusikan berbagai hal, salah satunya mengenai pendekatan Pembelajaran Mendalam.

Saya menanyakan, bagaimana implementasi Pembelajaran Mendalam di sekolah tempat anak saya menuntut ilmu. Jawaban Pak Kepala Sekolah, sebetulnya secara prinsip Pembelajaran Mendalam itu seiring dengan semangat sekolah untuk menyelenggarakan proses pembelajaran bermakna yang membuat para siswa senang belajar di sekolah. Namun pada pelaksanaannya masih terkendala pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau para guru yang menjadi ujung tombak pembelajaran di sekolah.

Saya bercerita bahwa saya bergabung dengan Sidina Community, yang salah satu programnya adalah memberikan edukasi pada orangtua mengenai kebijakan-kebijakan Kemdikdasmen terbaru. Saya juga bercerita bahwa kami, para Ibu Penggerak dan Fasilitator Sidina Community baru saja mengikuti serangkaian materi Kulfresh yang salah satunya adalah pembelajaran mendalam. Kami juga wajib melakukan Sosialisasi Fasilitator Sidina. Spontan saja Pak Kepala sekolah meminta saran-saran untuk mengimplementasikan Pembelajaran Mendalam di sekolah.

Saya akan simpan jawaban saya di bagian akhir tulisan ini. Sebelum itu mari kita pelajari lebih mendalam mengenai pendekatan Pembelajan Mendalam ini.

Pembelajaran Mendalam; Mengapa dan Apa ?

Mengapa, sih, pembelajaran mendalam ini dipilih sebagai pendekatan baru dalam kurikulum sekarang? Jawabannya 4 alasan, yakni adanya perubahan masa depan yang sulit diprediksi, permasalahan mutu pendidikan, bonus demografi 2035 dan kompetisi masa depan. Singkatnya, dunia tempat kita tinggal saat ini berubah dengan cepat. Makin banyak penduduk, persaingan makin tinggi, tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Dengan bonus demografi yang artinya jumlah penduduk dengan usia produktif akan sangat besar, dunia pendidikan harus bersiap sejak sekarang. Salah satunya dengan memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna dan mendalam sehingga anak-anak kita siap menghadapi masa depan.

Lalu apa definisi pembelajaran mendalam? Dalam kurikulum kemdikbud disebutkan Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.

Terdapat 3 prinsip pembelajaran mendalam, yakni, berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Berkesadaran artinya siswa belajar dengan aktif serta mengoptimalkan akal dan panca indera; tidak sekadar mendengarkan, mencatat, atau menghafal. Saya masih ingat dahulu saat sekolah, terkadang saya mengikuti kelas dengan pikiran kosong, entah karena capek, mengantuk, atau bosan. Jadi ucapan guru seperti lewat saja di telinga tapi tidak ada yang sampai ke otak.

Lalu bermakna, maksudnya siswa bisa menghubungkan apa yang dipelajari dengan realitas diri dan lingkungan. Jadi pembelajaran itu tidak berhenti di kelas saja, tapi bisa disambungkan dengan pengalaman siswa dan kehidupan keseharian. Jangan sampai siswa hafal proses fotosintesis tapi tidak tahu saat diminta menjelaskan proses pohon mangga menghasilkan buah.

Prinsip terakhir adalah menggembirakan. Apa, sih, yang terjadi dengan otak kita saat kita merasa senang, gembira atau bahagia? Saat seseorang gembira, otak memproduksi zat dopamin dan serotonin yang membuat otak mudah mengingat pelajaran atau hal baru. Sebaliknya kalau seseorang sedih, takut, dan merasa terancam, pikirannya buntu dan susah memahami pelajaran. Karena itu, penting memastikan anak-anak kita berada dalam lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan agar mereka dapat berpikir serta belajar dengan baik.

Implementasi Pembelajaran Mendalam

Secara teori pendekatan pembelajaran mendalam ini sangat bagus dan positif namun bagaimana implementasinya? Selama ini anak-anak kita belajar di sekolah menggunakan referensi buku pelajaran dan dari penerbit tertentu. Guru biasanya mengajar dari bab ke bab, menjelaskan, memberi tugas, anak-anak mencatat, mengerjakan tugas lalu ujian. Apakah model belajar seperti ini sudah termasuk Pembelajaran Mendalam?

Sebelumnya kita mesti memahami dulu, bagaimana sih proses seseorang dalam membangun kemampuan berikir? Para ahli pendidikan sudah memikirkan hal ini sejak lama, maka ada salah satu konsep yang dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada 1956 yang dikenal dengan nama Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah hierarkhi atau susunan tangga yang menggambarkan kemampuan berpikir (kognitif) manusia dari tahap yang paling rendah hingga paling tinggi. Ada 6 tingkat kognitif, dari rendah ke tinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Para ahli terus mempelajari, mempraktekkan dan mengembangkan Taksonomi Bloom hingga pada 2001 sejumlah ahli pendidikan mengenalkan Revisi Taksonomi Bloom yang mencakup level rendah ke tinggi, mencakup; mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.

Contoh sederhana penerapan teori Taksonomi Bloom ini, jika anak kita belajar tentang uang.

  • Di tangga 1 atau mengingat, siswa akan belajar mengenal apa itu uang, jenis dan nilainya.
  • Di tangga 2 atau memahami, siswa belajar manfaat uang, untuk jual beli, disimpan, bersedekah, dan lain-lain.
  • Pada tangga 3, atau menerapkan, siswa bisa melakukan jual beli, membayar dan menghitung kembalian.
  • Tangga keempat atau menganalisa, siswa mengerti nilai uang; kecil dan besar, ada barang yang harganya murah/mahal yang membutuhkan uang lebih sedikit/banyak. Mengapa suatu barang harganya lebih mahal, mungkin karena bahan bakunya mahal, susah dicari, kualitas barangnya bagus, dan lain-lain.
  • Tangga kelima, mengevaluasi; siswa belajar tentang bagaimana mengelola uang dengan baik, mengevaluasi pengeluaran, menambah penghasilan, dan lain-lain.
  • Tahap enam, berkreasi; siswa membandingkan beberapa model pengelolaan keuangan dan memilih salah satu. Misalnya dengan menabung emas, jadi ketika mendapat uang angpao saat hari raya siswa akan membeli emas (dibantu orangtua tentunya) karena nilai emas akan cenderung meningkat dibanding hanya menyimpan dalam bentuk mata uang.

Untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam, tidak terlepas dari pemahaman akan Taksonomi Bloom ini. Di tahap awal anak-anak tetap perlu mengerti dan mengingat konsep baru. Sebagaimana saat mereka belajar bab baru dalam sebuah pelajaran, maka guru perlu mengenalkan kosa kata tersebut, menjelaskan, dan siswa mencatat dan (mungkin) berlatih menjawab pertanyaan. Proses tersebut yang selama ini sudah dilakukan di sekolah. Namun, seharusnya tidak berhenti hanya pada mengingat pelajaran, namun juga tangga-tangga di atasnya. Karenanya guru sebaiknya tidak hanya mengandalkan buku teks pelajaran namun juga menggunakan variasi metode dan jika memungkinkan praktek atau pembuatan projek pembelajaran.

Dalam panduan pembelajaran mendalam oleh Kemdikbud disebutkan untuk mencapai level pembelajaran mendalam, siswa perlu memiliki pengalaman belajar secara bertahap, yaitu pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, lalu pengetahuan nilai dan karakter. Tahap berikutnya adalah pendalaman pengetahuan dan regulasi diri.

Praktek Pembelajaran Mendalam; Belajar dari SD di Amerika

Ini jawaban saya atas pertanyaan Pak Kepala Sekolah.

Saya bercerita, saat kami masih tinggal di Amerika, anak saya yang pertama, Sofie pernah sekolah di SD Norfolk Virginia, Amerika Serikat, selama 5 tahun, dari kelas 1 sampai kelas 5 SD. Nama SD-nya adalah Larchmont Elementary School (LES). Salah satu kegiatan tahunan di LES adalah Science Fair atau Pameran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada hari itu semua siswa kelas tertentu (misal kelas 3 atau 4 atau 5) akan memamerkan penelitian mereka.

Semua siswa kelas 3-5 setiap tahun harus melakukan penelitian sederhana. Temanya bebas. Guru IPA di setiap kelas membekali semua siswa dengan prinsip-prinsip penelitian, di antaranya mengajukan pertanyaan, membaca referensi (yang berkaitan dengan pertanyaan itu), membuat hipotesis, menguji hipotesis dengan melakukan penelitian langsung, malakukan pengamatan dan analisis lalu menyimpulkan. Jadi walaupun topik penelitiannya sederhana, siswa mengikuti dan menjalankan tahap-tahap penelitian secara benar.

Sofie meneliti es krim dengan 3 rasa; rasa vanila, cokelat, dan strawberi untuk melihat es krim rasa apa yang lebih mudah meleleh di suhu ruang? Teori yang dia pakai adalah warna yang gelap menyerap energi atau panas lebih besar dibanding warna terang/putih. Berdasar teori tersebut, dia membuat hipotesis bahwa es krim cokelat akan meleleh lebih cepat, disusul, es krim strawberi lalu es krim vanila. Dia lalu melakukan penelitian, mencatat dan memotret hasilnya lalu menulis laporan dan lalu mempresentasikannya.

Anak-anak lain memilih berbagai topik sederhana namun menarik, misalnya apakah jika menggunakan air berwarna, akan mengubah kelopak warna bunga putih. Anak lain meneliti popok bayi dari merk apa yang menyerap air lebih banyak, sereal bentuk apa yang lebih cepat lumat dengan susu, apakah benar memberikan sugesti positif bisa membuat tanaman lebih sehat, apakah benar kentang bisa menjadi sumber energi batrei ponsel, dan masih banyak lagi. Semua tema yang dipilih adalah hal-hal yang dekat dengan keseharian para siswa.

Kegiatan Science Fair ini, saya rasa, salah satu contoh implemetasi pembelajaran mendalam. Siswa belajar teori, menghubungkan dengan keseharian mereka, mempraktekkan dan menguji hipotesis, mengamati, menganalisis dan menyimpulkan. Semua proses dilakukan dengan gembira dan menyenangkan.

Presentasi Sofie mirip seperti ini. Kami tidak punya dokumentasinya karena koleksi foto kami terhapus beberapa tahun yang lalu.

Saya menyarankan, sekolah menyelenggarakan kegiatan semacam ini. Tidak butuh biaya mahal, dan sangat mungkin diselenggarakan di sekolah-sekolah Indonesia. Bisa juga dalam bentuk kegiatan lain, misalnya market day, atau yang lain, namun dengan pemaknaan yang lebih mendalam. Bisa dengan melibatkan orangtua namun perlu digarisbawahi bahwa peran orangtua adalah mendampingi, dan BUKAN mengambil alih pekerjaan anak. Beberapa kali kita dengar, orangtua mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas yang seharusnya dikerjakan siswa.

Orangtua, sebagai salah satu dari tiga catur pusat pendidikan, selain sekolah dan masyarakat, memiliki peran penting, yakni mendampingi dan mendukung pelaksanaan pendekatan Pembelajaran Mendalam. Di rumah, orangtua memberikan semangat, dorongan, bimbingan dengan tetap memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ide-ide mereka saat belajar. Orangtua juga bisa membantu sekolah dengan memberikan masukan-masukan untuk peningkatan pembelajaran siswa.

Dengan demikian, pendekatan Pembelajaran Mendalam ini tidak lagi hanya sekadar konsep bagus yang jauh dari implementasi. Namun benar-benar bisa terlaksana dan memberikan dampak positif pada anak-anak kita. Yuk, para orangtua, kita bantu sekolah mewujudkan pendekatan Pembelajaran Mendalam!                                                                                                                                                                                                       

artikel belanja di Ameka Belanja ke tetangga Belanja sambil beramal beli beras di Amerika berkemah boston coronavirus covid19 elementary school family hobi membaca Ibupenggerak Idul Adha 2017 Idul Adha di Amerika indonesia jalan-jalan Kejutan Kurban di Amerika kurikulummerdeka lawancorona life Makanan Indonesia di Amerika membaca menumbuhkan minta baca musim dingin 2015 musim dingin di Amerika Muslim Amerika New York opini Ummi pendidikan salju sayuran Indonesia sekolah dasar di Amerika sekolah di Amerika shalat Jumat di Amerika shalat jumat di sekolah Amerika sidinacommunity sofie membaca syarat masuk SD di Amerika teman di Norfolk Tulisan di media winter 2015 winter 2017 winter in Norfolk

Leave a comment